Ust. Irfan Abu Naveed
Salah satu kalimat agung yang diajarkan Allah dalam al-Qur'an untuk menjadi dzikirnya orang-orang beriman, dalam keseharian, termasuk di tengah situasi yang genting adalah kalimat dzikir
"ŲَŲ³ْŲØُŁَŲ§ Ų§ŁŁّٰŁُ ŁَŁِŲ¹ْŁ َ Ų§ŁْŁَŁِŁْŁُ".
Dimana para sahabat mewiridkan kalimat agung tersebut tatkala ditakut-takuti oleh musuh akan pengepungan kaum Kuffar:
Ų§َŁَّŲ°ِŁْŁَ ŁَŲ§Łَ ŁَŁُŁ ُ Ų§ŁŁَّŲ§Ų³ُ Ų§ِŁَّ Ų§ŁŁَّŲ§Ų³َ ŁَŲÆْ Ų¬َŁ َŲ¹ُŁْŲ§ ŁَŁŁُŁ ْ ŁَŲ§Ų®ْŲ“َŁْŁُŁ ْ ŁَŲ²َŲ§ŲÆَŁُŁ ْ Ų§ِŁْŁ َŲ§ŁًŲ§ ۖ ŁَّŁَŲ§ŁُŁْŲ§ ŲَŲ³ْŲØُŁَŲ§ Ų§ŁŁّٰŁُ ŁَŁِŲ¹ْŁ َ Ų§ŁْŁَŁِŁْŁُ {ٔ٧٣}
“(Yaitu) orang-orang (yang mena’ati Allah dan Rasul) yang ketika ada orang-orang mengatakan kepadanya, orang-orang (Quraisy) telah mengumpulkan pasukan untuk menyerang kamu, karena itu takutlah kepada mereka, ternyata (ucapan) itu menambah (kuat) iman mereka dan mereka menjawab, cukuplah Allah (menjadi penolong) bagi kami dan Dia sebaik-baik pelindung.” (QS. Ali ‘Imran [3]: 173)
Al-‘Allamah Muhammad Ali al-Shabuni dalam Shafwat al-TafĆ¢sĆ®r (hlm. 224) menafsirkan ayat fazĆ¢dahum Ć®mĆ¢n[an] yakni tidaklah teror yang menakut-nakuti ini menambah-nambah bagi orang beriman melainkan keimanan.
Sejalan dengan hakikat di balik do’a hasbunaLlĆ¢hu wa ni’mal wakĆ®l, sebagai kalimat yang terucap pada lisan Ibrahim a.s. ketika ia dilemparkan kaum Musyrik ke dalam gejolak api, dimana al-Hafizh al-Suyuthi (w. 911 H) lalu menegaskan bahwa do’a ini disunnahkan ketika menghadapi kesulitan dan perkara-perkara besar, yakni do’a yang berjalan beriringan dengan amal nyata. []
No comments:
Post a Comment